sultanproject

kisah kisah islami, dan membagikan informasi informasi penting tentang kesehatan

Showing posts with label kisah islami. Show all posts
Showing posts with label kisah islami. Show all posts

Monday, December 13, 2021

Doa Setelah Haid Beserta Tata Cara Mandinya yang Benar

 Doa Setelah Haid Beserta Tata Cara Mandinya yang Benar

Doa Setelah Haid Beserta Tata Cara Mandinya yang Benar


Doa setelah haid wajib dibaca untuk mensucikan diri setelah melalui masa haid atau menstruasi. Dalam agama Islam terdapat aturan beribadah di mana salah satunya seseorang harus dalam keadaan suci.

Keadaan suci yang dimaksud adalah suci dari hadas besar maupun hadas kecil, dan haid termasuk hadas besar. Sehingga bagi seseorang yang sedang haid tidak boleh salat sampai benar-benar suci dari haidnya.

Mandi wajib merupakan sarat mutlak bagi orang yang mengalami hadas besar, karena hadas besar itu hanya dapat disucikan dengan mandi. Syarat sah mandi hanya ada satu yaitu niat.

Mandi haid, mandi janabah, mandi Jum’at (bagi laki-laki) dan mandi jenis lainnya adalah ibadah. Oleh sebab itu penting untuk tidak melupakan niat doa setelah haid saat mandi wajib.

Hukum Mandi Wajib Setelah Haid

Sebagai manusia, pasti tak luput dari yang namanya hadast besar. Maka sudah sewajarnya jika Anda harus mengetahui cara mandi junub yang benar.

Allah SWT berfirman:

"Dan jika kamu junub, maka mandilah." (QS. Al Maidah: 6).

Kemudian dalam surat lainnya Allah SWT juga menyuruh muslim mandi wajib jika dalam keadaan junub.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (QS. An-Nisa': 43).

Niat dan Doa Setelah Haid

Bacaan doa setelah haid  untuk perempuan yang sudah selesai dari masa haidnya bisa melakukan mandi junub untuk bisa kembali melakukan ibadah. Melakukan mandi junub ini dapat dilakukan ketika masa haid telah berakhir agar bisa kembali melakukan segala ibadah. Berikut niat setelah masa haid:


نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْحَيْضِ ِللهِ تَعَالَى


Nawaitul ghusla liraf'i hadatsil haidil lillahi Ta'aala.

Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta'ala.

Tata Cara Mandi Wajib Setelah Haid


Tata cara mandi yang wajib. Yaitu dengan meratakan air ke seluruh tubuh termasuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam lubang hidung dengan nafas lalu menghembuskan keluar).

Tatkala seseorang telah meratakan air ke seluruh tubuhnya dengan cara apapun (misalnya dengan menyelam, mandi dengan shower, dll) maka hadas besar telah terangkat darinya dan mandinya sah.


1. Membasuh Kemaluan dengan Wewangian


Tata cara mandi haid setelah membaca niat, yaitu dengan menyiapkan kapas yang dilumuri wewangian atau parfum tanpa mengandung alkohol. Selanjutnya, bersihkan kemaluan dengan kapas yang telah diberi parfum. Parfum atau wewangian yang dimaksud tentu saja usahakan yang aman bagi daerah kemaluan, karena area tersebut cukup sensitive.




Hal ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW ketika beliau ditanya oleh seorang wanita Anshor. “Bagaimana aku mandi dari haid?’ Beliau menjawab: “Ambillah sepotong kapas yang dilumuri dengan minyak wangi lalu bersihkan dengan itu.”




Membersihkan kedua telapak tangan Siram atau basuhlah tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan sebaliknya dan diulangi sampai 3 kali. 




2. Membersihkan Kedua Telapak Tangan


Setelah membersihkan kemaluan, lanjutkan dengan membasuh tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian sebanyak tiga kali dengan menggunakan air bersih. Caranya dengan menggosok-gosokan telapak tangan kiri dan kanan dengan sabun secara bergantian.




3. Mencuci atau Mengusap Rambut


Setelah membasuh kedua telapak tangan, mulailah mandi seperti biasa. Namun, kamu perlu mengawalinya dengan membersihkan rambut atau keramas menggunakan shampo. Adab ketika membasuh kepala dan rambut pun berbeda-beda. Supaya aman ketika menyiram air ke ujung kepala hendaknya lakukan sebanyak tiga kali. Atau bisa juga dengan mengusap rambut sebanyak tiga kali dengan air tanpa harus keramas menggunakan shampo




4. Membersihkan Badan Secara Menyeluruh


Tata cara mandi wajib setelah haid selanjutnya yakni mandi. Mandi seperti biasa dengan membersihkan seluruh anggota badan. Dan tetap pastikan bahwa seluruh anggota badan terkena air mengalir, termasuk juga bagian yang tersembunyi, dan lipatan-lipatan seperti di belakang telinga, ketiak, punggung, sela-sela jari tangan dan kaki, lipatan antara lutut dan paha, dan sebagainya tanpa terkecuali. Lakukan dengan membersihkan tubuh sebelah kanan kemudian ke sebelah kiri.

Friday, December 3, 2021

Arah Pandangan Mata Saat Sholat Sesuai Tuntunan Nabi SAW

 Arah Pandangan Mata Saat Sholat Sesuai Tuntunan Nabi SAW




Para ulama telah memerinci gerakan-gerakan sholat yang kesemuanya mengacu pada tuntunan Rasulullah SAW. Termasuk salah satunya adalah arah pandangan mata saat mendirikan sholat.


Abdul Qadir Muhammad Manshur dalam buku Panduan Shalat An-Nisaa menjabarkan sejumlah hadits terkait dengan arah pandangan mata saat sholat. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ya Anas, ij’al basharaka haitsu tasjudu,”. Yang artinya, “Wahai Anas, arahkan pandanganmu ke tempat di mana engkau sujud,”.


Di dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Maudhi’i sujudika,”. Yang artinya, “(Arah pandangan mata) ke tempat sujudmu,”. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dengan kadar hadits yang hasan.


Sayyidah Aisyah berkata, “Tatkala Rasulullah SAW memasuki Ka’bah (untuk mengerjakan sholat), beliau tidak mengalihkan padangan dari tempat sujud beliau sehingga beliau keluar dari Ka’bah,”. Hadits ini diriwayatkan Hakim dengan kadar hadits yang shahih.


Arah pandangan yang menuju tempat sujud juga dimaksudkan untuk memberikan kefokusan kepada orang yang sedang mendirikan sholat. Di sisi lain hal itu dilakukan agar hati dapat menyadari bahwa manusia hanyalah seorang hamba yang kecil di hadapan Allah SWT.


Sunday, October 31, 2021

Setan yang Mengacaukan Bacaan Sholat

 Setan yang Mengacaukan Bacaan Sholat



Terkadang seorang muslim saat melaksanakan sholat diganggu oleh setan yang mengacaukan bacaan sholatnya.


Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi, dinukilkan dalam riwayat Muslim dari Hadits riwayat Utsman bin Abil Ash Radhiyallahu Anhu, bahwa dia berkata:


أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلَاتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي


Utsman bin Abu Al 'Ash datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya; "Ya, Rasulullah! Aku sering diganggu setan dalam sholat, sehingga bacaanku menjadi kacau karenanya. Bagaimana itu?" 


Maka bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Ya, yang demikian itu memang gangguan setan yang dinamakan Khanzab. Karena itu bila engkau diganggunya, maka segeralah mohon perlindungan kepada Allah dari godaannya, sesudah itu meludah ke sebelah kirimu tiga kali!'


Kata Utsman: 'Setelah kulakukan yang demikian, maka dengan izin Allah godaan seperti itu hilang.' 

Tuesday, August 31, 2021

Sang menteri Romawi menyatakan diri sebagai Muslim setelah bertemu Umar bin Khattab

 Islamnya Sang Menteri Romawi



Sang menteri Romawi menyatakan diri sebagai Muslim setelah bertemu Umar bin Khattab.


Umar bin Khattab adalah amirul mukminin kedua setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Tidak hanya dikenal dengan sifatnya yang keras dan tegas, lelaki dari Bani Adi itu juga hidup bersahaja.


Kesederhanaan hidup sama sekali tidak mengurangi wibawanya sebagai seorang pemimpin. Pada masanya, ekspansi daulah Islam berlangsung sangat pesat. Banyak wilayah yang berhasil dibebaskan kaum Muslimin.


Alhasil, Umar bin Khattab kian terkenal. Banyak raja dan penguasa akan merasa gentar walau hanya mendengar namanya. Di antara negeri yang menghadapi Kekhalifahan Islam ialah Romawi Timur (Bizantium).


Ketika Nabi SAW masih hidup, Bizantium pernah memprovokasi umat Islam dengan membunuh seorang duta yang diutus beliau shalallahu ‘alaihi wasalam. Maka terjadilah Ekspedisi Tabuk.


Mengikuti langkah yang pernah diambil Rasulullah SAW, Khalifah Umar pun mengirimkan duta kepada kaisar Bizantium. Surat yang dibawakan ke sana berisi ajakan supaya penguasa Romawi memeluk Islam. Kalau dahulu, mereka bisa bersikap arogan. Kini yang terjadi, sebaliknya.


Raja Bizantium menerima utusan sang khalifah dengan baik. Akan tetapi, dia masih enggan berislam. Sebagai penghormatan atas surat Umar, raja tersebut menyuruh seorang menterinya untuk memimpin arak-arakan ke Madinah. Mereka akan menyampaikan upeti berupa harta benda yang banyak kepada sang amirul mukminin.



Raja Bizantium menerima utusan sang khalifah dengan baik. Akan tetapi, dia masih enggan berislam.


Maka berangkatlah rombongan ini ke pusat kekhalifahan Islam. Ada seratusan peti besar yang dibawanya. Masing-masing peti berisi banyak koin emas. Ada satu peti yang memang dikhususkan kaisar Bizantium untuk oleh-oleh bagi siapapun warga di sepanjang jalan. Harapannya, masyarakat Muslim akan terpengaruh untuk lebih membela Romawi daripada Umar.


Rihlah yang cukup melelahkan itu akhirnya tuntas. Sampailah menteri Romawi dan para pengantarnya ke Hijaz. Pejabat Bizantium itu mulai keheranan, mengapa sejauh perjalanannya ia tidak menemukan seorang pun yang meminta-minta pemberian. Padahal, rajanya sudah menyiapkan satu peti khusus untuk itu.


Tibalah mereka di Madinah. Kini, sang menteri cukup mencari, manakah bangunan terbesar dan termegah di kota ini. Sebab, itulah pasti tempat tinggal sang raja Muslim, Umar bin Khattab.


Berjam-jam lamanya beberapa prajurit Bizantium mengelilingi seantero Madinah. Mereka tidak menemukan satu bangunan pun yang mentereng atau terkesan sebagai hunian bangsawan.


Tibalah mereka di Madinah. Kini, sang menteri cukup mencari, manakah bangunan terbesar dan termegah di kota ini.


Semua rumah di kota ini kelihatan sama saja bentuknya. Rata-rata, bangunan yang ada berupa konstruksi berdinding batu, dengan dua atau tiga jendela dan satu pintu. Atapnya hanyalah lembaran-lembaran kering pelepah kurma.


Dengan gusar, sang menteri memarahi anak buahnya itu. Ia memilih cara cepat, yakni bertanya kepada warga setempat. Lewatlah seorang pengembala kambing di hadapannya.


“Wahai Muslim,” panggil duta raja Bizantium itu kepadanya, “saya mau tanya, di mana istana Raja Agung Umar?”


“Istana?” tanya si pengembala itu lagi.


“Ya, istana. Tempat tinggal Raja Umar bin Khattab, di manakah itu?” ulang menteri tersebut.


“Kalau yang Anda maksud adalah rumah Amirul Mukminin, lurus saja. Nanti di perempatan, belok kanan. Persis di sebelah kanan, itulah tempat tinggalnya.”


“Baik, terima kasih. Apa kamu tahu isi peti ini?” kata sang menteri lagi, “Isinya adalah koin-koin emas. Silakan ambil berapapun kamu mau.”


“Aku tidak menginginkannya. Kalau kalian sudah selesai bertanya, aku ingin melanjutkan pekerjaanku,” jawab orang Islam itu.


Belum pernah seumur hidupnya menteri ini menyaksikan, seorang penduduk biasa menolak imbalan. Padahal, di negerinya kerumunan orang bisa menyemut hanya untuk meminta sekeping koin emas.


Rombongan ini terus berjalan sesuai petunjuk pengembala tadi. Menteri Bizantium melihat seorang pria sedang duduk di bawah pohon. “Wahai Muslim! Di mana istana Raja Agung Umar?” tanyanya setengah berteriak.


“Ada urusan apa kalian dengan Umar?” lelaki itu balik bertanya.


“Saya adalah utusan raja Romawi. Sebelumnya, raja kalian, Umar bin Khattab, bersurat kepada kami, mengajak kaisar untuk masuk Islam. Raja kami menolaknya, tetapi mengirimkan hadiah untuk Raja Umar. Maka kami ke sini untuk menyampaikannya,” jelas menteri itu dari atas kudanya.


“Bagaimana kalau orang di hadapanmu ini adalah Umar?”


“Apa? Benarkah Anda Raja Umar?” menteri itu terkejut.


“Ya, saya Umar,” jawab Amirul Mukminin.


Turunlah menteri itu dari kudanya. “Mengapa Tuan di sini?” tanya petinggi Bizantium itu lagi,


“Saya baru saja mencuci baju. Kini sedang menunggu baju saya kering. Lihatlah!” jawab Umar sembari menunjuk ke arah jemuran. Sehari-hari, Umar hanya memiliki tiga setel pakaian: yang sedang dikenakannya, yang sedang dicucinya, dan baju perangnya.


“Berarti ini adalah rumah Tuan?”


“Tentu saja,” kata Umar.


“Di mana pengawal Tuan?”


“Tidak perlu pengawal. Ada Allah Yang Maha Melindungi,” jawab al-Faruq, singkat.


Tiba-tiba, menteri itu berlutut di hadapan Umar seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya!”


Terkejut, Umar memintanya untuk berdiri. “Mengapa kamu bersyahadat?” tanyanya.


“Di negeri kami, nama Tuan sangat terkenal dan ditakuti. Selama ini, saya mengira Tuan adalah seorang raja dengan tabiat yang tidak berbeda dari pemimpin kami. Namun ternyata, dugaan itu salah. Tuan dan negeri Tuan benar-benar diberkati dengan perlindungan yang tidak ada tandingannya. Maka saya beriman dan menyatakan diri sebagai Muslim,” tutur menteri tersebut.


Wednesday, June 9, 2021

Saat Surga dan Neraka Berdebat Soal Orang Lemah dan Sombong

 Saat Surga dan Neraka Berdebat Soal Orang Lemah dan Sombong

Saat Surga dan Neraka Berdebat Soal Orang Lemah dan Sombong


Imam Muslim meriwayatkan bahwa surga dan neraka saling berdebat tentang para penghuni yang mendiami mereka. Yakni orang-orang yang sombong dan orang-orang yang lemah, mengapa demikian?


Syekh Aidh Al-Qarni dalam buku Sentuhan Spiritual menjelaskan bahwa di saat berdebat, neraka berkata: “Mengapa tidak ada yang masuk kepadaku kecuali orang-orang keras dan sombong?”. Maka berkatalah surga: “Mengapa tak ada yang masuk kepadaku kecuali orang-orang yang lemah dan miskin?”.


Maka demikian, Allah pun berfirman kepada neraka: “Engkau adalah sisaan-Ku, denganmu Aku menyiksa yang Aku mau,”. Dan kepada surga, Allah berkata: “Engkau adalah rahmat-Ku, Aku merahmati siapa saja yang Aku mau, setiap dari kalian ada yang memenuhinya,”.


Syekh Aidh Al-Qarni menjelaskan bahwa Allah menciptakan sesuatu dan menjadikannya dua bagian. Satu bagian di surga dan bagian lain di neraka. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah menceritakan perihal penghuni surga dan neraka seraya bersabda: “Maukah kalian aku beri tahu tentang penghuni surga?”.


Mereka pun menjawab: “Iya, mau,”. Nabi kemudian bersabda: “Setiap yang lemah dan tawadhu, kalau dia bersumpah kepada Allah, niscaya dikabulkan-Nya,”. Lalu beliau bersabda kembali: “Maukah kalian kuberitahu tentang penghuni neraka? (Yakni) setiap yang beringas dan sombong,”.


Tuesday, June 8, 2021

tahukah kita siapa saja yg akan menjadi penghuni neraka jahanam

 tahukah kita siapa saja yg akan menjadi penghuni neraka jahanam




dalam satu ayat allah swt telah menerangkan bahwa yang akan menjadi penghuni neraka jahanam itu kebanyakan dari golongan jin dan manusia yg mana mereka mempunyai penglihatan, pendengaran, dan hati nya tdk di perguakan untuk melihat, mendengar, dan memahami ayat-ayat allah bahkan lebih sesat lagi dari binantang ternak.

sebagai mana firman allah :



QS. Al-A'raf Ayat 179



وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ


179. Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.


dan sungguh Kami telah menciptakan sebagai penghuni neraka (yang Allah menimpakan siksaan di dalamnya bagi orang yang berhak untukk menerima siksaan di akhirat) banyak dari golongan jin dan manusia, mereka memiliki hati yang tidak bisa mereka gunakan untuk berpikir, sehingga mereka tidak pernah berharap pahala dan tidak pernah takut siksaanm dan mereka memiliki mata yang tidak bisa dipakai untuk melihat dengannya kepada ayat-ayat Allah dan dalil-dalilNya, dan mereka memiliki telingan yang tidak bisa dipakai untuk mendengar dengannya ayat-ayat kitab Allah sehingga mereka bertafakur dengannya, mereka itu seperti binatang tidak memahami ucapan yang disampaikan kepadanya, dan tidak memahami apa yang mereka lihat, dan tidak bisa berpikir dengan hatinya tentang kebaikan dan keburukan sehingga mampu untuk membedakan diantara keduanya, bahkan mereka lebih sesat daripada binatang itu, karena sesungguhnya binatang bisa melihat apa yang bermanfaat untuknya dan apa yang berbahaya untuknya dan bisa mengikuti penggembalanya, sedangkan mereka kebalikan dari itu, mereka adalah orang-orang yang lalai dari keimanan kepada Allah dan ketaatan kepadaNya.


Maka barangsiapa yang memiliki sifat-sifat tersebut, maka mereka seperti hewan ternak yang digembalakan, yang tidak memanfaatkan anggota tubuh mereka untuk mendapatkan hidayah. Bahkan mereka lebih buruk dari hewan ternak, karena hewan ternak hanya memiliki insting yang menuntunnya, adapun manusia telah dikaruniai hati yang sadar, akal yang berfikir, mata yang melihat, dan kemampuan memilih mengikuti hidayah atau kesesatan. Sungguh mereka telah lalai dari sesuatu yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka, akibat telah terkuasai oleh setan dan hawa nafsu; dan Allah sama sekali tidak menzalimi siapapun.



{ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا } Umumnya diketahui oleh sebagian orang adalah : لهم قلوب لا تفقه, namun ayat ini justru mengatakan { لَا يَفْقَهُونَ بِهَا } dan bukan : لا تفقه; hal itu menunjukkan bahwa diri mereka sendiri lah yang memutuskan untuk enggan memahami ayat-ayat Allah. 


 Setiap manusia memiliki hati, tapi terkadang diantara mereka tidak memliki akal, dan orang-orang yang bersifat seperti sangat banyak, khususnya mereka yang enggan menerima nasihat, perhatikan firman Allah : { لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا } "mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)" maka dari itu dikatakan bahwa mereka tidak berakal, dan mereka tidak sama sekali mengharapkan pahala dan tidak pula takut akan akibat yang akan menimpa.


Saturday, January 2, 2021

Berpakaian Tapi Telanjang Apa Maksudnya

 Berpakaian Tapi Telanjang, Apa Maksudnya?



Busana perempuan kerap mengalami perkembangan dari masa ke masa. Beragam pernik mode pakaian disuguhkan untuk mempercantik keindahan kaum Hawa. Tidak ketinggalan kaum Muslimah dengan mode hijab mereka.


Meski demikian, umat Islam patut mewaspadai wasiat Rasulullah SAW tentang pakaian. Lewat hadis yang bersumber dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Di antara yang termasuk ahli neraka ialah wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Yang berjalan dengan lenggak-lenggok untuk merayu dan untuk dikagumi. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya." (HR Muslim).


Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam Fatwa- Fatwa Kontemporer menjelaskan, maksud berpakaian tetapi telanjang yaitu pakaian yang tidak berfungsi menutup aurat. Pakaian itu bisa menyifati kulit karena tipisnya atau sempitnya pakaian itu.


Beberapa wanita dari bani Tamim pernah masuk ke rumah Aisyah RA dengan pakaian yang sangat tipis. Aisyah lantas menegur mereka. "Kalau kamu orang mukmin, maka bukan semacam ini pakaian wanita-wanita mukmin." (HR Thabrani dan lain-lain).


Qaradhawi juga mengutip kisah lainnya saat seorang wanita baru saja menjadi pengantin. Dia mengenakan kerudung yang sangat tipis. Aisyah kemudian berkata kepadanya, "Wanita yang memakai kerudung seperti ini berarti tidak beriman kepada surat an-Nur." (Tafsir al Qurthubi). "… Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka." (QS an-Nur: 31).


Pakaian tersebut juga meski terkadang tidak tipis, tetapi memperlihatkan bentuk lekuk tubuh. Lekak-lekuk yang diperlihatkan itu pun tidak jarang menimbulkan fitnah. Setiap bagian tubuh tampak batas-batasnya sehingga membangkitkan syahwat. Menurut Qaradhawi, ini pun terlarang. Menurut Qaradhawi, model pakaian tersebut merupakan ciptaan para perancang mode Yahudi internasional. Mereka mempermainkan manusia bagai boneka.


Menurut Qaradhawi, yang mengeluarkan wanita Muslimah dari batas tabaruj (membuka aurat) ialah pakaian yang selaras dengan tata kesopanan Islam. Mereka hendaknya mengenakan pakaian yang sesuai dengan aturan syariat Islam.


Beberapa di antaranya yakni menutup seluruh tubuh selain yang dikecualikan oleh Alquran. Menurut pendapat yang lebih kuat ialah muka dan dua telapak tangan. Berikutnya, tidak tipis dan tidak menampakkan bentuk badan. Berikutnya, bukan merupakan pakaian khusus bagi lelaki.


Qaradhawi menjelaskan, lelaki memiliki pakaian khusus seperti perempuan dengan pakaian khususnya. Apabila lelaki biasa mengenakan pakaian tertentu yang biasa dikenal sebagai pakaian lelaki, wanita tidak boleh mengenakannya. Hal yang demikian dilaknat Rasulullah SAW tentang lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai lelaki karena bertentangan dengan fitrah.


Allah SWT telah menciptakan jantan dan betina, lelaki dan perempuan. Mereka berbeda dari segi susunan bentuk tubuh berikut anggota badan. Allah SWT pun menciptakan masing-masing mereka aktivitas hidup tertentu.

belajar mengenali sifat munafik dan mudah mudahan kita di jauhkan dari sifat munafik

belajar mengenali sifat munafik ,dan mudah mudahan kita di jauhkan dari sifat munafik



Suatu hari Hanzhalah Al Usayyidiy, salah satu juru tulis Rasulullah SAW bertemu dengan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Dia kemudian ditanya sahabat nomor wahid Rasulullah. "Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?" Dia lantas menjawab, "Hanzhalah kini telah jadi munafik."


Abu Bakar lantas berkata, "Subhanallah, apa yang engkau katakan?" Dia pun menjawab, "Kami jika berada di sisi Rasulullah SAW, kami teringat kepada neraka dan surga sampai-sampai seperti melihatnya di hadapan mata. Saat keluar dari majelis Rasulullah dan bergaul dengan istri dan anak, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa". Menanggapi perkataan Hanzhalah, Abu Bakar lantas menjawab, "Kami pun begitu."


Dua sahabat ini kemudian menghadap Rasulullah SAW. Mereka mengadukan masalah yang berkecamuk di dada mereka. Rasulullah lantas menjawab, "Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau terus menerus dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat. "Rasulullah mengulangi sampai tiga kali.


Kisah yang dikutip dari HR Muslim No. 2750 ini mengisahkan betapa sahabat sangat berhati-hati pada sifat munafik. Padahal, boleh jadi apa yang mereka lakukan merupakan bentuk naik turunnya iman. Layaknya roller coaster, iman seorang manusia memang terkadang di atas, sedangkan lain waktu di bawah.


Meski kualitas keimanan para sahabat tidak diragukan, mereka masih takut terjerembap pada sifat kemunafikan. Mereka boleh jadi sadar rentannya sifat munafik karena orang-orang munafik bukanlah non-Islam. Kita bisa menukil dari QS An-Nisa ayat 142-143 yang secara eksplisit menyebutkan sifat orang munafik.


"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri dengan shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya."


Salah satu ciri orang munafik adalah malas saat melakukan shalat berjamaah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang mengisahkan, dua shalat yang paling berat bagi munafik adalah shalat Subuh dan shalat Isya. Padahal, kata Rasulullah, jika mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatanginya meski merangkak. Di dalam QS al-Maun, Allah SWT pun mengecam orang-orang yang melalaikan shalatnya. Allah pun tak segan-segan mencelakai orang yang lalai dalam shalatnya.


Bukan hanya melalaikan shalat, orang munafik pun memiliki empat ciri yang disebutkan salah satu hadis nabi. Dalam satu hadis Abdullah bin Umar Ra berkata, Nabi SAW bersabda, ''Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan melampaui batas jika ada perbedaan pendapat.'' (HR Bukhari).


Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji. Jika merujuk pada definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini. Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan rakyat.


Banyak calon pemimpin di negeri ini yang  mengungkapkan seribu satu janji kampanye demi mendulang suara. Tak jarang, kontrak politik pun ditekennya agar mendapat rasa percaya. Setelah terpilih, janji pun tinggal janji. Apa yang dikatakan saat kampanye jauh panggang dari api. Amanah suara rakyat pun dikhianati. Janji sudah diingkari. Kisah pengkhianatan bisa dilihat dari Abdullah bin Ubay. Orang yang mengaku Islam, tetapi kerap menjadi provokator di Madinah. Tokoh ini toleran terhadap kaum Musyrikin, tetapi menyembunyikan toleransinya terhadap kaum Muslimin.


Lainnya adalah dusta alias bohong. Berbohong dan menyebarkan kabar kebohongan seolah sudah menjadi tren di negeri ini. Banyak sekali berita hoax yang dibagikan tanpa proses tabayun terlebih dahulu kepada si empunya peristiwa. Dusta dalam konteks berita sangat merugikan. Allah SWT pun menyuruh kepada kaum mukminin untuk meneliti dan mengonfirmasi berita yang datang kepadanya. Khususnya ketika berita itu datang dari orang fasik. "Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, tabayunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian." (al-Hujurat :6).


Ingkar janji juga digolongkan dalam munafik. Orang-orang beriman pun harus berhati-hati dalam menepati janji. Karena itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan agar mengucapkan insya Allah jika hendak berjanji atau memberi harapan. Rasulullah SAW bersabda, ''Berkata Sulaiman bin Daud as: Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan, tiap perempuan kelak akan melahirkan seorang anak yang kelak akan berperang di jalan Allah.'' Sulaiman ditegur oleh malaikat, ''Katakanlah Insya Allah.'' Sulaiman tanpa mengucapkan insya Allah mengunjungi 70 perempuan itu dan ternyata tidak seorang pun di antara wanita-wanita itu yang melahirkan anak, kecuali seorang wanita yang melahirkan seorang setengah manusia. Demi Allah yang nyawaku ada di tangan-Nya, seandainya Sulaiman mengucapkan kata insya Allah niscaya ia tidak gagal dan akan tercapai hajatnya. (HR Bukhari dan Muslim).


Terakhir, yakni berlebihan saat berbeda pendapat atau berselisih. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Perdebatan tanpa ilmu alias debat kusir yang tidak jelas ujung pangkalnya kerap kita saksikan di televisi dan kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti diriwayatkan Imam Abu Dawud, Rasulullah sudah memberikan jaminan rumah di pinggiran surga kepada orang yang mampu meninggalkan debat meski dia orang yang benar. Wallahu'alam

Saturday, December 26, 2020

Hak hak seorang muslim terhadap saudaranya seislam

 Hak hak seorang muslim terhadap saudaranya se islam




1.Hak hati

    Hak hati adalah hak-hak seperti kecintaaan seorang muslim terhadap saudaranya se islam, berprasangka baik kepadanya, lapang dada terhadapnya, berbahagia dengan apa yg menimpanya dari kebaikan dan bersedih atas keburukan yang menimpanya.

sebagai mana sabda rasullullah s.a.w :

    "perumpamaan orang-orang mukmin di dalam saling sayang menyayangi, kasih mengasihi dan berbelas kasihan antara mereka adalah seperti jasad" (H.R bukhari no.6011 dan muslim no.2586).


2.Hak lisan

     hak lisan adalah seperti membalas ucapan salam, mendo'akan orang yang bersin, memuji seseorang yang berhak mendapatkan pujian, mengajari orang yang bodoh, menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemunkaran mendo'akan orang lain dan saling mengucapkan makna-makna cinta, janji setia, maaf memaafkan dan tanda-tanda akan kebaikan.

allah berfirman :

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-A’raf Ayat 55),

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS.Al-gafhir Ayat 60)

Dan Rasullullah bersabda :;

"Do'a itu ibadah"

(HR. Ahmad no.18352, Atirmidzi no.2969)


3.Hak harta 

        Hak harta adalah seperti shodaqoh, zakat, berderma memberikan makankepada orang yang kelaparan, memberikan pakaian kepada orang yang sangat membutuhkan dan hak lainya yang telah allah titipkan pada harta-harta orang-orang muslim 

Allah SWT Berfirman :

"dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu,

"bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta" (QS.Al Ma´aarij ayat 24-25).


        Di negara-negara berpenduduk muslim saat ini setiap harinya kita mendapati orang-orang yang berkesusahan, fakir, membutuhkan dan miskin, hal inilah yang di wajibkan kepada orang-orang muslim  baik keadaan ringan maupun sempit agar menginfakan hartanya kepada saudara-saudara muslim seperti mereka tersebut.


4.Hak tubuh

        hak tubuh adalah seperti menolong orang yang terdzolimi, membebaskan orang tertawan menolong orang yang meminta pertolongan dan membantu orang yang sedang berduka cita.

sebagaimana dalam Hadits :

"telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin musa dari hisyam bin urwah dari bapanya dari abu murawih dari abu dzar berkata :"aku bertanya kepada nabi amal apakah yang paling utama?",

Beliau menjawab:"iman kepada allah dan Jihad di jalannya",

Kemudian aku bertanya lagi :"pembebasan budak manakah yang paling utama?"

Beliau menjawab:"Yang paling tinggi harganya dan yang paling berharga hati Tuan nya",

Aku katakan:"Bagaimana kalau aku tidak dapat mengerjakanya?",

Beliau berkata :"kamu membantu orang yang terlantar atau orang bodoh yang tak punya keterampilan",

Aku katakan lagi :"Bagaima kalau aku tadk dapat mengerjakanya?",

Beliau berkata :"Kamu hindari manusia dari keburukan karena yang demikian berarti shodaqoh yang kamu lakukan untuk diri sendiri".

(HR. Al Bukhari no.2518 dan muslim no.84).


Monday, November 9, 2020

Kisah Karomah Khalid bin Walid Tak Mempan Diracun

 Kisah Karomah Khalid bin Walid Tak Mempan Diracun



Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu (585-642), salah satu sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang dijuluki Saifullah Almaslul (pedang Allah yang terhunus). Beliau merupkan panglima perang yang ahli dalam strategi militer. Di bawah kepemimpinan militernya jazirah Arab bersatu dalam dalam kekhalifahan.


Selama memimpin pasukan muslim, Khalid telah ikut lebih dari 100 pertempuran melawan kekaisaran Byzantium dan selalu menang. Dalam biografinya, Khalid bin Walid adalah orang paling gigih dalam berperang. Namun beliau wafat di atas tempat tidur karena sakit, bukan di medan perang. Begitulah kehendak Allah padanya. (Baca Juga:Dahsyatnya Karomah Al-'Ala Al-Hadhrami Bisa Berjalan di Atas Laut)


Dibalik kesuksesannya sebagai panglima perang, Khalid bin Walid memiliki karomah. Dikisahkan, suatu hari, Khalid bin Walid singgah di suatu kampung. Orang-orang memperingatkannya, "Waspadalah terhadap racun, jangan minum suguhan orang-orang asing!" Namun Khalid menjawab, "Berikan racun itu kepadaku!" Kemudian beliau mengambil minuman beracun itu, lalu meneguknya sambil membaca "basmalah", dan tidak terjadi sesuatu pun yang membahayakannya. (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la, Al-Baihaqi, dan Abu Na'im dari Abu Safar)


Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Khalid bin Walid pergi ke satu kampung. Penduduk kampung itu menyuruh Abdul Masih menyambut Khalid dengan membawa minuman yang mengandung racun ganas. Khalid berkata kepada Abdul Masih, "Berikan minuman itu!" Ketika ia istirahat, Khalid mengambil minuman beracun itu lalu berdoa, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan langit dan bumi. Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan mencelakakan hamba-Nya, karena nama-Nya mengandung obat".


Kemudian Khalid meneguk minuman beracun itu. Abdul Masih kembali ke kaumnya seraya berkata, "Hai kaumku, ia telah minum racun ganas itu, tetapi ia tidak apa-apa". Akhirnya kaum itu berdamai dengan orang-orang muslim. (Dikisahkan oleh Al-Kalbi).


Diceritakan juga bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Khalid dengan membawa geriba (tempat air dari kulit unta) berisi arak. Khalid lalu berdoa, "Ya Allah jadikanlah arak ini madu". Lalu arak itu berubah menjadi madu. Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati Khalid dengan membawa geriba berisi arak. Khalid bertanya kepadanya, "Apa ini?" Ia menjawab, "Cuka". Kemudian Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikan isi geribah ini cuka". Lalu orang-orang melihat geribah itu berisi cuka, padahal sebelumnya arak. (Riwayat Ibnu Abi Dunya dari Khaitsamah)


Riwayat lainnya menceritakan, Khalid bin Walid mendapat laporan bahwa ada angggota pasukannya yang minum arak. Maka Khalid menginspeksi pasukannya, dan ia menemukan seseorang membawa geriba berisi arak. Khalid bertanya, "Apa ini?" Laki-laki itu menjawab, "Cuka". Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikanlah geriba itu berisi cuka". Laki-laki itu membuka geriba, dan ternyata isinya telah berubah menjadi cuka, ia lalu berujar, "Ini berkat doa Khalid". (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Maharib bin Datstsar)

Lelaki Pincang Ini Mendambakan Mati Syahid

Lelaki Pincang Ini Mendambakan Mati Syahid

Amru bin Jamuh ra adalah seorang lelaki pincang yang mendambakan mati syahid dalam perang Uhud. Orang-orang banyak yang menyarankan untuk tidak berperang bahkan Nabi SAW telah mengatakan, padanya bahwa Allah memberi keringanan untuknya. Namun, ia tetap gigih ingin berjuang di jalan Allah bersama sahabat lainnya.


Amru ra memiliki empat orang anak, mereka sering berkhidmat kepada Nabi SAW dan selalu menyertai berbagai peperangan. Salah satunya Amru ra sangat bergairah untuk menyertai perang Uhud.


Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah. bahwa orang-orang berkata kepada Amru ra, “Engkau udzur, kakimu pincang, engkau akan sulit berjalan.” Namun ia berkata, “Betapa buruk jika anak-anakku pergi ke surga, tetapi aku tertinggal di sini.” Ditambah lagi istrinya selalu mendorongnya dengan sindiran, “Aku lihat suamiku tinggal di rumah karena melarikan diri dari perang.”


Mendengar ucapan istrinya, Amru ra mengambil pedang, kemudian menghadap arah kiblat dan berdoa: “Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku.” Kemudian ia menghadiri majelis Nabi SAW dan menceritakan anjuran kaumnya serta semangat dirinya untuk ikut berjuang di jalan Allah.


Ia berkata kepada Rasulullah, “Aku berharap dengan kakiku yang pincang ini dapat berjalan di surga.” Nabi SAW bersabda, “Allah memberi keringanan kepadamu, tidak pergi pun tidak mengapa.” Namun, Amru ra tetap bersemangat mengikuti perang, sehingga Nabi SAW mengizinkannya.


Abu Thalhah ra berkata, “Kulihat Amru ra ikut bertempur dengan bersemangat. Ia selalu berkata, ‘Demi Allah, aku harus masuk surga.’ Salah seorang anaknya ikut berlari-lari di belakangnya. Keduanya bertempur mati-matian sehingga keduanya mati syahid.


Kemudian istrinya datang ke medan perang dengan seekor unta untuk membawa mayat suami dan anaknya agar dapat dikubur di Madinah, tetapi unta itu duduk saja. Walaupun dipaksa bahkan dicambuk dan berbagai cara dilakukan untuk membawa mayat itu ke Madinah, unta itu tetap diam memandang ke arah Uhud.


Ketika istrinya mengadukan hal ini kepada Nabi SAW beliau bersabda, “Unta ini telah diperintah demikian. Apakah sebelum berperang Amru telah berkata sesuatu?” Istrinya menjawab, “Ya, ia berdoa sambil menghadap kiblat, ‘Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku.'” Sabda Nabi SAW, “Karena doa itulah unta ini enggan pergi.”


Amru ra sangat bergairah mendapatkan surga semata-mata karena Allah. Demikianlah teladan cinta yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya sehinga ia mendambakan mati syahid. Mengirimnya ke derajat yang tinggi, sehingga untanya pun enggan berjalan, hanya duduk memandang Uhud.

Sunday, November 8, 2020

Kisah Wanita yang Dipotong Tangannya Karena Sedekah

 Kisah Wanita yang Dipotong Tangannya Karena Sedekah



Dikisahkan bahwa ketika terjadinya peristiwa paceklik yang sebabkan kekurangan makanan dalam kalangan Bani Israel, maka datanglah seorang fakir menghampiri rumah seorang kaya dengan berkata, “Sedekahlah kamu kepadaku dengan sepotong roti dengan ikhlas kerana Allah!”


Setelah orang fakir itu berkata demikian maka keluarlah anak gadis orang kaya tesebut dan memberikan sedekah berupa roti yang masih panas kepadanya. Baru saja gadis itu memberikan roti tersebutnya kepada orang fakir itu, keluarlah bapak gadis tersebut yang bakhil itu terus memotong tangan kanan anak gadisnya sehingga putus.


Semenjak dari peristiwa itu maka Allah subhaanahu wa ta’ala pun mengubah kehidupan orang kaya itu dengan menarik kembali harta kekayaannya sehingga dia menjadi seorang yang fakir miskin dan akhirnya dia meninggal dunia dalam keadaan yang paling hina.


Anak gadis itu menjadi pengemis dan meminta-minta dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Maka pada suatu hari anak gadis itu menghampiri rumah seorang yang kaya sambil meminta sedekah. Dari rumah orang kaya tersebut tak lama keluarlah seorang ibu dari rumah tersebut. Ibu tersebut sangat kagum dengan kecantikannya dan ramahnya anak gadis itu. Ibu orang kaya tersebut meminta anak gadis tersebut untuk masuk ke rumahnya. Ibu itu sangat tertarik dengan gadis tersebut dan dia berhajat untuk menikahkan anaknya dengan gadis tersebut. Maka setelah acara pernikahan itu selesai, si ibu itu pun memberikan pakaian dan perhiasan untuk sang gadis.


Pada suatu malam ketika sudah dihidang makanan malam, si suami mengajak istrinya yang tak lain gadis iitu untuk makan bersamanya. Namun siapa sangka, bahwa suaminya tersebut tak mengetahui bahwa tangan dari wanita itu sesungguhnya buntung, karena selama ini tangannya selalu tertutup dengan pakaian panjangnya dan si ibu juga merahasiakan keadaan tersebut dari anaknya.


Ketika suaminya menyuruh dia makan, dia makan dengan tangan kiri. Saat suaminya melihat keadaan istrinya itu dia pun berkata, “Aku tahu bahwa orang fakir tidak tahu dalam bertingkah dalam kesehariannya, oleh karena itu makanlah dengan tangan kanan dan bukan dengan tangan kiri.”


Setelah si suami berkata demikian, maka istrinya itu tetap makan dengan tangan kiri, walaupun suaminya berulang kali memberitahunya. Tiba-tiba terdengar suara dari sebelah pintu, “Keluarkanlah tangan kananmu itu wahai hamba Allah, sesungguhnya kamu telah mendermakan sepotong roti dengan ikhlas kerana Ku, maka tidak ada halangan bagi-Ku memberikan kembali akan tangan kananmu itu.”


Setelah gadis itu mendengar suara tersebut, maka dia pun mengeluarkan tangan kanannya, dan dia mendapati tangan kanannya berada dalam keadaan asalnya, dan dia pun makan bersama suaminya dengan menggunakan tangan kanan.


Hendaklah kita senantiasa menghormati siapapun tak memandang dia kaya atau miskin, walaupun dia fakir miskin apabila dia telah datang ke rumah kita maka sesungguhnya dia adalah tamu kita. Rasulullah shalalllahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda yang bermaksud, “Barangsiapa menghormati tamu, maka sesungguhnya dia telah menghormatiku.”

Wednesday, October 28, 2020

ada apa dengan sholat ashar

ada apa dengan sholat ashar



Sholat ashar termasuk sholat wajib yang apabila meninggalkannya, akan mendapat dosa. Ternyata sholat ashar memiliki keutamaan tersendiri yang dijelaskan pada sejumlah hadits yang tercatat dalam buku Shahih Fadhail A’mal oleh Syaikh Ali bin Muhammad Al-Maghribi.


Muslim Rahimahullah no. 627 (205), meriwayatkan: Dari Ali radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah SAW sewaktu perang Ahzab, bersabda: “Mereka (orang-orang kafir itu) telah membuat kami lalai terhadap sholat wustha (sholat ashar). Semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api.” Kemudian beliau melakukan sholat ashar pada waktu antara dua isya, yakni antara sholat maghrib dan isya. Shahih.


HR  Al-Bukhari No. 2931 beserta athraf dengan tanpa menyebut sholat ashar. Telah ditakhrij oleh Ahmad (1/404 dan 456) dan lainnya seperti dalam tahqiq penulis terhadap ath-Thayalisi no. 94, Abu Ya’la (1/356), dia menyebutkan yang dimaksud sholat wustha adalah sholat ashar, seperti dalam Muslim no. 628 dan ath-Thayalisi no. 366 dengan tahqiq penulis, dan saya telah mentakhrijnya di sana. Maka, pendapat yang rajih adalah dia, yakni sholat wustha adalah sholat ashar. Wallahu’alam.


Hadis lain, Muslim Rahimahullah no. 830, meriwayatkan: Dari Abu Bashrah Al-Ghifari, dia berkata, Rasulullah SAW pernah sholat ashar bersama kami di Al-Mukhammash, lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya sholat ini telah dibebankan kepada kaum sebelum kalian, tapi mereka menyiakannya. (Karena itu) barang siapa yang memeliharanya, maka untuknya pahala dua kali (lipat), dan tidak ada sholat lagi setelahnya sampai muncul syahid.” (syahid di sini artinya bintang). Shahih.  


HR An-Nasa’I (1/259-260), Ahmad (6/397), Al-Baihaqi (1/448), Abu Uwanah (1/360) dan Ath-Thahaw dalam Syarh Ma’ani Al-Atsar (1/153).

Monday, October 19, 2020

Hal Ini Bisa Jadi Salah Satu Penghalang Terkabulnya Doa

 Hal Ini Bisa Jadi Salah Satu Penghalang Terkabulnya Doa



Terkadang doa seorang Muslim yang dipanjatkan kepada Allah tidak kunjung dikabulkan. Untuk itu seorang Muslim perlu melakukan instropeksi diri, kemungkinan ada sebab-sebab yang menghalangi doa untuk diwujudkan. 


Dikutip dari buku Kumpulan Doa dari Alquran dan As sunnah yang Shahih karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas, disebutkan salah satu poin pertama penyebab penghalang terkabulnya doa, yakni makan dan minum dari yang haram, mengonsumsi barang haram berupa makanan, minuman, pakaian, dan hasil usaha yang haram.


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Wahai manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala; adalah Mahabaik, tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Allah memerintahkan kepada para Rasul.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 'Hai Rasul-Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih' (Al-Muminuun 51). Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu' (Al Baqarah 172) Kemudian Nabi menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata, 'Ya Rabb... ya Rabb..' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram, dicukupi dari yang haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya?'" (Hadits riwayat Muslim). 


Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "Bahwa para Rasul dan ummatnya diperintah untuk makan makanan yang halal dan menjauhkan dari yang jelek dan haram, kemudian disebutkan di akhir hadits, tidak dikabulkannya doa seseorang disebabkan mengonsumsi barang haram, baik makanan, minuman, pakaian dan hasil usahanya. Oleh karena itu para sahabat dan orang-orang salih, mereka sangat berhati-hati, berusaha untuk selalu makan dari yang halal dan menjauhkan yang haram, (Jaami'ul Uluum wal Hikam). 

Saturday, July 18, 2020

orang-Orang Masuk Neraka dan Surga karena Lalat

orang-Orang Masuk Neraka dan Surga karena Lalat

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bercerita kepada sahabat tentang dua orang yang masuk neraka, dan surga disebabkan oleh seekor lalat.

Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Imam Ahmad berkata, "Kami diberi tahu Abu Mu'awiyah, kami diberi tahu al-A'masy, dari Salman bin Maisarah, dari Thariq bin Syihab, ia me-marfu'kannya, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Seseorang masuk surga disebabkan seekor lalat dan seorang lainnya masuk neraka disebabkan seekor lalat."

"Bagaimana itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?" tanya para sahabat.

Beliau kemudian menjelaskan, "Ada dua orang yang melewati suatu kaum yang menyembah patung, sementara tidak ada seorang pun yang boleh melewatinya, melainkan harus mempersembahkan sesuatu. Kaum tadi berkata kepada salah seorang dari keduanya, 'Berqurbanlah dengan sesuatu'.

Ia menjawab, 'Aku tidak memiliki sesuatu pun'. 'Berqurbanlah walaupun hanya dengan seekor lalat'. Orang itu lalu berqurban dengan seekor lalat dan mereka pun membiarkannya meneruskan perjalanan. Karena itulah ia masuk neraka.

Selanjutnya, kaum itu berkata kepada orang kedua, 'Berqurbanlah dengan sesuatu'. 'Aku tidak mau berqurban dengan sesuatu untuk siapa pun juga selain Allah', jawabnya. Mereka lantas memenggal lehernya, dan ia pun masuk surga."

Friday, July 10, 2020

Sejarah Perintah Sholat dan Maknanya

Sejarah Perintah Sholat dan Maknanya

Sholat menurut arti bahasa adalah doa.

Shalat menurut arti bahasa adalah doa atau doa meminta kebaikan. Hal ini telah disebut dalam firman Allah SWT, Q.S. At-Taubah (9): 103,

مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْم

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”(Q.S. At-Taubah (9): 103)

Maksud dari kata as-salah di sini ialah doa. Kata shalat merupakan bentuk isim yang menempati kolom masdar dari susunan kata salla – yusalli. Secara etimologi, kata shalat berarti doa.

Makna Shalat

Shalat atau shalawat juga bermakna doa atau mendoakan. Dapat dibedakan jika salawat itu dari dua sumber. Pertama, Allah SWT berarti rahmat atau memberi rahmat. Namun, jika salawat itu dari malaikat atau dari manusia berarti doa atau mendoakan agar di berikan rahmat oleh-Nya. Ketika  menemui bahwa Allah dan malaikat bersalawat, berarti Allah tengah memberi rahmat dan malaikat mendoakan agar manusia memperoleh rahmat. Seperti halnya salawat untuk Nabi, Allah berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا –

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”(Q.S.Al-Ahzab [33]: 56)

هُوَ الَّذِيْ يُصَلِّيْ عَلَيْكُمْ وَمَلٰۤىِٕكَتُهٗ لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”.(Q.S.Ahza>b [33]: 43)

Shalat juga bermakna doa karena penamaan ibadah yang satu ini (shalat) dinamakan dengan sesuatu yang mendominasi yaitu bacan-bacan do’a yang terlafal dalam shalat. Wahbah menjelaskan secara istilah tentang shalat, yaitu merupakan perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Mendirikan shalat ialah menyempurnakan ruku’, sujud, tilawah (bacaan), khusyu’, dan menghadapkan shalat dengan sesempurnanya. Sedangkan Imam Qatadah menjelaskan bahwa mendirikan shalat berarti tetap dalam memelihara waktu-waktunya, wudhunya, ruku’ dan sujudnya.

Hasbi Ash-Shiddiqy mengambil penjelasan dari kedua ta’rif di atas dengan mengumpulkan batasan-batasan shalat. Ia menjelaskan bahwa shalat merupakan perbuatan memelihara waktu-waktunya, menyempurnakan wudhu’nya, dan melaksanakannya dengan sesempurnanya (sempurna berdiri, ruku’, iktidal, sujud, tasyahud, doa dan sempurna khusyu’, kehadiran hati, takut dan mencakup sempurna segala adabnya).

Shalat sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan shalat dalam kehidupan. Bahkan penyebutan kata shalat, biasanya dikaitkan dengan para nabi terdulu. Misalnya, doa Nabi Ibrahim a.s yang kisahnya tertulis dalam Al-Qur’an, sikap nabi Ismail a.s. yang menyuruh kelurganya untuk melaksanakan shalat agar Allah meridhainya; dan ketika Allah memerintahkan Nabi Musa a.s. untuk mendirikan shalat, Allah berfirman dalam Q.S.Taha (20): 13-14,

وَاَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوْحٰى- اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

“Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.”(Q.S.Taha (20): 13-14).

Menurut Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zhilal Al-Qur’an, ia menjelaskan bahwa nilai shalat dalam diri Nabi Musa a.s. mencerminkan hubungan langsung antara  sesuatu yang lemah, tanpa daya dengan yang Maha Besar dan Maha Kuat. Maka shalat termasuk salah satu bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT, menguatkan jiwa dan keinginan semata karena keagungan-Nya. Sang Khaliq telah memberikan waktu kepada tiap-tiap manusia selama 24 jam dalam satu hari. Selama itulah manusia mengerjakan kepatuhan dan ketundukan yang diperintahkan oleh-Nya dengan segala aktivitasnya masing-masing.

Di sisi lain, Allah menyisipkan beberapa waktu penting kepada manusia sebagai tempat mengadu dan mengeluh setelah melakukan aktivitas dunia. Dengan shalat, manusia dapat mengistirahatkan diri dan ketenangan jiwanya setelah melakukan kesibukan dalam menghadapi berbagai aktivitas dunia. Dengan begitu pula, setiap manusia mendapat pengakuan aqidah di antara masyarakat hingga berimplikasi pada persatuan dan kesatuan ummat.

Shalat merupakan waktu pilihan saat pelimpahan karunia dan kecintaan yang menetes dari sumber yang tak kunjung kering. Di sisi lain, shalat menjadi kunci kekayaan yang melimpah dan amat banyak bagi pelaksana-nya. Shalat juga termasuk titik tolak dari dunia yang kecil dan terbatas. Ia bagaikan ruh, salju dan naungan pada saat jiwa sedang panas. Shalat merupakan sentuhan kasih sayang terhadap hati yang letih. Karena itulah, ketika Nabi Muhammad saw tengah mengalami berbagai kesulitan dan persoalan, beliau segera melakukan shalat. Dengan shalat, kecemasan dalam diri seseorang dapat menghilang karena di dalam shalat terdapat gerak yang berproses. Perubahan gerak inilah yang membebaskan tubuh secara alam dari berbagai tekanan.

Shalat merupakan salah satu cabang ibadah wajib yang disyariatkan oleh Islam.

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسَةٍ. عَلَى أَنْ يُوَحَّدَ اللهُ، وَإِقَامِ الصّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَالْحَجِّ فَقَالَ رَجُلٌ: الْحَجِّ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ؟ قَالَ لاَ. صِيَامِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ. هكَذَا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه مسلم

Artinya: “Islam dibangun di atas lima hal; di atas mengesakan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan dan beribadah haji”.Kemudian seseorang bertanya : “beribadah haji dan berpuasa di bulan Ramadhan?” Ibnu Umar ra menjawab : “Bukan, berpuasa di bulan Ramadhan dan beribadah Haji”. Demikianlah yang aku dengar dari Rasulullah saw.”(HR. Imam Muslim).

Shalat berasal dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang memiliki beberapa pengertian, ialah 1) Sembahyang ini lazim dikenal walaupun kata sembah yang sebenarnya tidak cocok atau kurang tepat. 2) Salawat, ialah salawat dan salam kepada Nabi yang biasa diucapkan terutama dalam shalat di kala membaca tahiyyat atau tasyahud. 3) Doa, seperti shalat jenazah, shalat di situ berarti doa untuk jenazah, sebab shalat itu tanpa rukuk dan sujud.

Pengertian shalat secara istilah ialah perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Hasbi ash-Shidiqy mengklasifikasi pengertian shalat menjadi dua bagian. Pertama pengertian secara lahir, sebagaimana penjelasan pada umumnya,  yaitu ucapan dan perbuatan tertentu diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Kedua pengertian secara hakikat, ialah menghadap kepada Allah dengan menumbuhkan rasa kebesaran dan keagungan-Nya dengan penuh kekhusyu’an dan keikhlasan baik dalam perkataan maupun perbuatan pada poin pertama.

Shalat juga termasuk salah satu bentuk kepatuhan dan ketundukan seseorang kepada agamanya. Setiap umat manusia yang beragama memiliki ritual tertentu melaksanakan ibadah. Ibadah yang dimaksud ialah ibadah sebagai bentuk ucapan atau terimakasih kepada Tuhan-nya mereka. Maka dari itu, solat merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan karena shalat termasuk kategori ibadah khusus atau ibadah mahdah. Di sisi lain, ibadah shalat ini merupakan salah satu perintah yang mana malaikat Jibril a.s diperintahkan langsung oleh Allah untuk menjemput Nabi Muhammad saw agar bertemu menghadap Allah

Thursday, July 9, 2020

makanan Mengerikan untuk Penghuni Neraka yg kekal di dalamnya

makanan Mengerikan untuk Penghuni Neraka yg kekal di dalamnya

Alquran menggambarkan buah santapan para penghuni neraka.

اَذٰ لِكَ خَيۡرٌ نُّزُلًا اَمۡ شَجَرَةُ الزَّقُّوۡمِ اِنَّا جَعَلۡنٰهَا فِتۡنَةً لِّلظّٰلِمِيۡنَ اِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخۡرُجُ فِىۡۤ اَصۡلِ الۡجَحِيۡمِۙ طَلۡعُهَا كَاَنَّهٗ رُءُوۡسُ الشَّيٰطِيۡنِ فَاِنَّهُمۡ لَاٰكِلُوۡنَ مِنۡهَا فَمٰلِــُٔــوۡنَ مِنۡهَا الۡبُطُوۡنَ ثُمَّ اِنَّ لَهُمۡ عَلَيۡهَا لَشَوۡبًا مِّنۡ حَمِيۡمٍ‌ۚ ثُمَّ اِنَّ مَرۡجِعَهُمۡ لَا۟اِلَى الۡجَحِيۡمِ

"Apakah (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sungguh, Kami menjadikannya (pohon zaqqum itu) sebagai azab bagi orang-orang zalim. Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Moyangnya seperti kepala-kepala setan. Maka, sungguh mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu), dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum). Kemudian, sungguh setelah makan (buah zaqqum) mereka mendapat minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas. Kemudian, pasti tempat kembali mereka ke neraka jahim." (QS as- Shafaat: 62-68).

Pohon Zaqqum menjadi salah satu pohon penghasil buah bagi penghuni neraka. Allah SWT mengabarkan tentang kuliner neraka itu dengan membandingkan menu yang ada di surga. Makanan surga merupakan berbagai jenis buah yang segar dan ranum dengan beragam jenis dan cita rasa. Penghuninya akan menikmatinya dengan minuman dari mata air surga.

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menuliskan, para ulama menjelaskan kata az-Zaqqum diduga berasal dari kata az-Zuqmah, yaitu penyakit lepra. Ada juga yang berpendapat jika Zaqqum diambil dari kata at-tazaqqum, yakni upaya menelan sesuatu yang sangat tidak disukai.

Para ulama menggambarkan pohon zaqqum sebagai pohon kecil dengan dedaunan yang sangat busuk aromanya. Getahnya mengakibatkan bengkak bila menyentuh badan manusia. Pohon ini ditemukan di beberapa daerah tandus dan padang pasir. Meski demikian, Quraish Shihab menjelaskan, zaqqum yang dimaksud Alquran bukan termasuk hal ter sebut. Pohon zaqqum yang di mak sud Alquran tumbuh di dasar neraka.

Alquran menggambarkan kengerian Zaqqum dengan 'moyangnya seperti kepala-kepala setan'. M Yunan Yusuf dalam Tafsir Alquran Juz 23 menjelaskan, citra yang dimunculkan Alquran lewat Rasulullah SAW, yakni buah Zaqqum yang menakutkan. Moyangnya, yakni tandan buahnya seperti bentuk kepala-kepala setan yang mengerikan. Sayyid Quthb memahami ayat ini dengan menjelaskan, jika manusia tidak mengetahui bagaimana rupa kepala setan. Namun, ia tentu mengerikan. Sekadar membayangkannya saja sudah mengundang ketakutan. Bagaimana bila kepala-kepala mengerikan itu mereka makan. Mereka memenuhi perut dengan hidangan darinya.

Layaknya makanan di dunia, Zaqqum juga memiliki minuman pendamping. Alih-alih minuman dingin yang menyegarkan, peng huni neraka justru mendapatkan minuman yang dicampur dengan air mendidih yang sangat panas. Ayat Alquran memang tidak menjelaskan apa jenis minuman penghuni neraka ini. Namun, air minum air ini dicampur dengan air yang sangat panas.

Banyak ulama juga menyamakan pohon dalam ayat ini dengan ayat-ayat lain di dalam Alquran. Contohnya, yakni asy-Syajarah al-Mal'unah (QS al-Isra: 60). Kata ini biasa digunakan dalam arti pohon kayu.

Dalam surat lain, pohon itu dilukiskan seperti kotoran minyak. Allah SWT menjelaskan, sifat-sifat zaqqum di surat ad-Dukhan. "Sesungguh nya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas." (QS ad-Dukhan: 43-46).

Pohon ini juga digambarkan sebagai jawaban dari fitnah orang-orang yang zalim. Ketika ayat yang berbicara tentang pohon penghuni neraka ini turun, informasinya mengundang ejekan dan cemoohan dari kaum musyrikin.

Abu Jahal bahkan meminta pembantunya membawa kurma lalu berkata: "Apakah buah seperti ini yang diharapkan oleh Muhammad akan menakutkan kita?" Dan, ketika dinyatakan bahwa ia tumbuh dari dasar api neraka, mereka berkata: Bagai mana bisa ada pohon yang tumbuh di dasar api neraka?"

Yusnan mengungkapkan, hikmah penjelasan ayat mengenai Zaqqum adalah menimbulkan efek psikologis sehingga ada upaya serius untuk menghindarinya. Tidak ada dosa yang kecil ketika dihadapkan pada keadilan Allah SWT.

Sang salik, Ibnu Athaillah as-Sakandari menyebutkan, nasihat tersebut mengingatkan pentingnya bersikap hati-hati (wara') dalam setiap urusan di dunia ini. Apalagi, bila seseorang sudah mengikrarkan diri sebagai seorang Muslim dan mukmin.

Wednesday, July 8, 2020

Kalimat Tauhid Jadi Kunci Surga, Tapi Apa Saja Syaratnya?

Kalimat Tauhid Jadi Kunci Surga, Tapi Apa Saja Syaratnya?

Kalimat tauhid menjadi kunci seorang hamba masuk surga.

مِفْتَاح الْجنَّة  شَهَادَة أَن لَا إِلَه إلاَّ الله

“Anak kunci surga itu adalah ikrar 'Tiada illah selain Allah.” HR Al-Bazzar dan Ahmad bin Hanbal dari Mu'adz bin Jabal).

Penjelasan:

Kalimat laa ilaha illallahu (tiada illah selain Allah) sering pula disebut kalimat thayyibah yang menjadi prinsip dasar ajaran Islam. Menurut Prof Dr Nurcholis Madjid, kalimat thayyibah ini merupakan senjata paling ampuh untuk membebaskan manusia dari belenggu-belenggu kemanusiaan dari segala bentuk kepercayaan yang batil. Kalimat "Tiada Tuhan kecuali Allah" terdiri atas penolakan (negasi) dan penetapan (afirmasi).

Penafian di sini adalah ungkapan pertama syahadat, "tiada illah" atau "tiada sesembahan selain allah", dengan penetapan yang sempurna, "kecuali Allah".

Allah SWT menganalogikan kalimat thayyibah ini dengan sebuah pohon yang kuat lagi tinggi menjulang.

Dalam QS. Ibrahim: 24-25, Allah SWT berfirman:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ

تُؤْتِىٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍۭ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizing Robb-Nya.”

Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Seorang Muslim yang memahami hakikat kalimat tersebut, kehidupannya akan selalu mencerminkan nilai-nilai ketauhidan bagaikan sebuah pohon yang baik.

Cirinya: pertama, ketauhidan dan rasa mahabbah kepada Allah SWT akan terhujam di dalam lubuk hatinya bagaikan pohon yang akarnya teguh menghujam ke bumi.

Ia akan senantiasa lentur diterpa angin, kokoh tidak tercerabut. Seseorang yang bertauhid akan mampu menghadang segala macam tipuan syaitan yang menjerumuskan.

Ketauhidan yang telah menancap kokoh di hati akan menyebabkan seorang Muslim rela mengorbankan apa pun juga demi menjaga ketauhidan tersebut, meskipun nyawa harus menjadi taruhannya.

Kedua, ketauhidan yang telah tertancap kokoh di hati akan membawa seorang Muslim ke puncak prestasi. Ia akan menjadi mercusuar bagi yang lain seperti halnya sebuah pohon yang cabangnya menjulang ke langit. Pribadi-pribadi semacam ini dapat kita saksikan pada masa Rasulullah dan para sahabat.

Berbekal ketauhidan mereka dapat menggapai puncak prestasi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam politik, militer, ilmu pengetahuan, hingga lapangan kejiwaan dan spiritual. Dengan kalimat tersebut tidak ada lagi penghambaan, ketakutan, dan rintangan yang akan membelenggu karena semuanya dikembalikan kepada Allah sebagai pemilik segalanya.

Ketiga, ketauhidan yang benar akan berbuah ketaatan. Seseorang yang mengenal Allah tentu akan memahami tujuan hidupnya, sehingga ia akan menjalani hidup dengan penuh vitalitas, beribadah dengan penuh keikhlasan dan memahami makna dari semua yang ia lakukan. Karakteristik tersebut pada akhirnya akan membawa rahmat dan cinta kasih yang dapat dipetik bagai buah-buahan segar baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang di sekitarnya.

Seseorang yang bertauhid akan menjadi sosok bermanfaat bagi lingkungannya dan akhlaknya sedap dipandang mata, bagaikan sebuah pohon yang selalu ramah lingkungan, teduh dan menyedapkan pandangan. Maka pantaslah bila ia bisa menjadi kunci pembuka syurga, baik syurga dunia maupun syurga akhirat.

Oleh karena itu, seorang Muslim harus terus menyempurnakan nilai-nilai ketauhidan yang ada pada dirinya. Ia harus terus memupuk dan menyiram pohon ketauhidan tersebut. Ilmu dan mahabbah adalah pupuknya. Dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu tentang Allah dan mahabah tertinggi adalah mencintai-Nya.

ciri-ciri Orang Munafik dalam Alquran Surat Al-Ahzab

ciri-ciri Orang Munafik dalam Alquran Surat Al-Ahzab

T
erdapat sejumlah tanda-tanda orang munafik dalam surat Al-Ahzab

Setiap orang mukmin sepatutnya merasa khawatir jika sifat nifaq melekat pada dirinya, baik disadari maupun tidak. Inilah yang menjadi keresahan para sahabat Nabi SAW.

Ibnu Abi Mulaikah (wafat 117 H) berkata, "Aku bertemu dan berteman dengan 30 sahabat besar Nabi Muhammad SAW yang selalu merasa ketakutan bila digolongkan sebagai orang munafik. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang menyombongkan keimanan dan kesalehannya ataupun membual."

Dalam surat al-Ahzab ayat 19, Allah SWT menyebutkan empat kriteria orang munafik.

أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَٱلَّذِى يُغْشَىٰ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْمَوْتِ ۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلْخَيْرِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا۟ فَأَحْبَطَ ٱللَّهُ أَعْمَٰلَهُمْ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا

"Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."

Ciri pertama adalah bakhil. Jika diminta mengorbankan harta bendanya di jalan Allah, mereka enggan dan menolak.

Apalagi, saat ada instruksi perang, mereka bersembunyi dan melarikan diri. Perangai orang munafik ini sesuai dengan peribahasa yang mengatakan, "Berat turut memikul dan ringan turut menjinjing, mereka me lengah seakan-akan tidak tahu."

Kedua, karakter pura-pura, yaitu watak menipu, ingkar janji, bohong, dan khianat. Apabila berada dalam situasi sulit dan bahaya, mereka meminta tolong kepada Rasulullah dan orang-orang mukmin dengan mata yang terbalik-balik, seperti orang pingsan karena takut akan mati.

Namun, tatkala ditolong, rasa takut hilang dan situasi kembali normal, orang-orang munafik itu kembali kepada karakter aslinya.

Mereka mencaci maki Nabi SAW dan orang-orang mukmin dengan kata-kata yang pedas dan sikap yang menyakitkan.

Ketiga, suka mencaci maki dan menghujat orang-orang beriman yang saleh. Mereka begitu membenci orang-orang mukmin yang gigih membela kebenaran (al-haq) demi menegakkan agama Allah.

Memuncaknya kebencian mereka adalah sesuatu yang lumrah karena prinsip dan worldviewnya berbeda. Misalnya, barisan mukmin sejati itu memiliki se mangat tinggi dalam melakukan gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar.

Sebaliknya, kalangan orang munafik justru suka menyuruh berbuat mungkar dan mencegah kebaikan. Keempat, amal baik orang munafik menjadi sia-sia. Maknanya, amal baiknya itu dihapus dan ditolak sebab sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah SWT.

Selain itu, terdapat sifat-sifat nifaq lainnya yang juga dijelaskan Alquran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Seperti merasa berat mengerjakan ibadah, malas mengerjakan sholat, tidak berzikir kepada Allah kecuali sedikit, riya, menistakan agama, dan hatinya terkunci. Bahkan, untuk menutupi niat jahatnya, penampilan dan retorika mereka begitu memukau dan mengagumkan.

Berdasarkan ciri-ciri hipokrit tersebut, para ulama membaginya menjadi dua macam, yaitu nifak akbar (nifaq i'tiqadi) dan nifaq ashghar (nifaq amali). Oleh sebab itu, setiap Muslim wajib mewaspadai dan menjauhi keduanya. Apalagi nifaq akbar statusnya sama dengan kufur. Ancaman azabnya neraka jahanam paling bawah (QS an-Nisa [4]:145).

Tuesday, July 7, 2020

ciri-ciri Calon Penghuni Surga

ciri-ciri Calon Penghuni Surga

Terdapat lima calon penghuni surga dalam kitab Nashaih al-Ibad.

Menjadi penguhuni surga merupakan anugerah dan rahmat Allah yang sangat besar bagi hamba-Nya yang terpilih. Tentunya untuk meraih kebahagiaan itu butuh kesabaran, keikhlasan, dan ikhtiar bumi dan langit sehingga Allah SWT memilih kita untuk mendapat curahan rahmat-Nya. Lantas, siapa sajakah yang berhak menyandang predikat ahli surga?

Umar bin Khattab RA dalam kitab Nashaihul Ibad menyebutkan bahwa dalam hadits mauquf, berkata: "Sekiranya aku tidak khawatir diduga mengetahui hal-hal yang gaib, niscaya aku bersaksi bahwa kelima golongan manusia ini termasuk penghuni surga.”

Yang pertama, orang fakir yang menanggung nafkah keluarganya. Rasulullah SAW bersabda:

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ في سبيلِ اللَّه، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ في رقَبَةٍ، ودِينَارٌ تصدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ علَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذي أَنْفَقْتَهُ علَى أَهْلِكَ

"Satu dinar yang kau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang kau infakkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang kau sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang kau keluarkan untuk menafkahi keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang kau keluarkan untuk menafkahi keluargamu." (HR Muslim)

Kedua, istri yang diridhai suaminya. Di antara keutamaan istri yang taat pada suami adalah akan dijamin masuk surga. Ini menunjukkan kewajiban besar istri pada suami adalah menaati perintahnya.

Dari Ummu Salamah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"‏ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ ‏"

"Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga." (HR Tirmidzi No 1161 dan Ibnu Majah No 1854).

عن زينب امرأة عبد الله قالت: كنت في المسجد فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم قال: تصدقن ولو من حليكن

Ketiga, istri yang menyedekahkan mas kawinnya kepada suami. Seorang istri yang bersedekah kepada suaminya mendapatkan dua pahala, yaitu pahala menyambung kekerabatan dan pahala sedekah. Berkaca dari kisah Zainab, ats- Tsaqafiyah, istri dari Abdullah bin Mas'ud. Saat itu, Rasulullah SAW bersabda, "Wahai perempuan, bersedekahlah kepada suamimu meskipun dengan perhiasanmu."

Sedekah istri kepada suaminya yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat menambah keharmonisan rumah tangga. Istri yang sukarela menyedekahkan maharnya atau penghasilannya untuk menyambung hidup keluarga di masa Covid-19 itu memiliki hubungan rumah tangga yang harmonis dengan suaminya, karena dia tidak menuntut dan membuat suaminya stres karena ekonominya yang sedang terpuruk.

Keempat, seorang anak yang diridhai kedua orang tuanya. Karena kunci surga bagi seorang anak adalah memuliakan dan berbakti kepada kedua orang tua. Tapi, kedua orang tuanya harus menjadi suri teladan yang baik bagi anakanaknya. Dalam kondisi pandemi Covid- 19 ini sangatlah tepat bagi kedua orang tua menjadi teladan terbaik karena seluruh aktivitas, ibadah, bekerja, belajar, dan yang lainnya dipusatkan di rumah.

Kelima, orang yang bertobat nasuha atas dosanya. Allah berfirman dalam surah az-Zumar ayat 53:

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ"Katakanlah: Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang."
Powered by Blogger.

ads1

Followers